Kotabaru, 10 Dzulhijjah 1446 H / 7 Juni 2025 —
Berbagai jamaah dari berbagai kalangan hadir memadati Musholla Al-Hajjah Fatimah Samhah (MAFTAH) pagi ini untuk melaksanakan Sholat Idul Adha 1446 H, yang dimulai tepat pukul 07.30 WITA. Bertindak sebagai imam sekaligus khatib, Ustadz Muhammad Juang Fernanda memimpin sholat dan menyampaikan khutbah dengan penuh keteduhan dan makna.
Khutbah Idul Adha kali ini mengingatkan umat Islam akan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, terutama tanggal 10 sebagai hari an-nahr (penyembelihan) yang disebut oleh Rasulullah ļ·ŗ sebagai hari yang paling agung di sisi Allah. Hari ini merupakan puncak dari ibadah haji dan momentum besar untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui amal saleh, termasuk kurban. Dalam khutbah disampaikan bahwa amal di hari-hari ini bernilai besar di sisi Allah, dan kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan takbir.
Khotib juga menekankan pentingnya kesetaraan dan ketakwaan sebagai nilai utama dalam Islam. Ibadah haji menjadi simbol penghapusan perbedaan status sosial, ras, dan kedudukan duniawi. Semua manusia setara di hadapan Allah, dan yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan mereka. Oleh karena itu, Idul Adha adalah momentum untuk menanggalkan kesombongan duniawi, memperkuat persaudaraan, dan memperbaiki hubungan antar sesama.
Di akhir khutbah, disampaikan pesan tentang makna tauhid yang menjadi inti dari seluruh ibadah, termasuk kurban. Allah tidak menilai daging atau darah dari hewan kurban, tetapi menilai ketakwaan di balik pengorbanan itu. Karenanya, setiap ibadah harus dilandasi dengan keikhlasan dan tauhid yang murni. Umat Islam diajak untuk memperbaiki niat, memperdalam pemahaman agama, dan menjauhkan diri dari segala bentuk kesyirikan agar kurban dan ibadah mereka benar-benar diterima di sisi Allah.
Pelaksanaan Sholat Idul Adha ini berlangsung khidmat dan tertib, serta menjadi momentum penguat spiritual umat Islam di tengah kehidupan bermasyarakat. Semoga nilai-nilai tauhid, pengorbanan, dan persaudaraan yang ditegaskan dalam khutbah tersebut dapat terus terpatri dalam diri setiap muslim sepanjang waktu.